Memahami Suntik Pemutih dan Suntik Vitamin C

Suntik Pemutih umumnya berisi zat antioksidan. Antioksidan utmanya berupa vitamin C dosis tinggi (1000 s/d 4000 mg) dicampur dengan glutation (600 mg).
Banyak juga yang menambahkan plasenta, yaitu ari-ari bayi untuk menumbuhkan sel-sel baru yang muda. Plasenta, bisa berasal dari manusia atau hewan, baik yang halal (sapi) atau haram (babi). Untuk muslim, plasenta ini tidak halal. Bayangkan resikonya kalau sampai masuk langsung kedalam darah! Apalagi sebenarnya zat ini fungsi utamanya bukan utnuk memutihkan kulit.
Cara zat itu dimasukkan ke dalam tubuh, melalui injeksi pada otot di bokong (intramuskuler) atau langsung ke pembuluh darah balik (intravena/infuse). Perbedaan cara mnyuntikkan di bokong dengan infuse adalah masalah dosis. Vitamin C kalau disuntikkan pada otot bokong terasa sangat nyeri, oleh sebab itu hanya bisa dosis kecil (100 mg) sekali suntik. Cara ini banyak ditawarkan di salon kecantikan dan dilakukan bukan oleh tenaga medis sehingga beresiko.
Sebenarnya dosis 100 mg tidak banyak manfaatnya karena hampir sama dengan tablet vitamin C yang diminum (peroral). Oleh sebab itu hati-hati dengan tawaran suntik pemutih di salon. Karena konsumen tidak mengerti, sering dikenakan biaya mahal.
Sedangkan infuse pemutih umumnya dilakukan oleh dokter spesialis kulit atau perawat terlatih yang diawasi oleh dokter. Vitamin C dosis tinggi (1000-4000 mg) di encerkan dengan cairan infuse larutan garam faal (NaCl 0,9%) sebanyak 50-100 cc, diinfuskan melalui pembuluh darah balik di lengan, perlahan-lahan selama 10-15 menit. Untuk tujuan mencerahkan warna kulit umumnya frekuensi infuse satu atau 2 kali seminggu selama 6 sampai 8 kali. Biaya sekitar 200 ribu hingga 350 ribu sekali infuse tergantung dosis, kwalitas obat dan alat.

Vitamin C

Didalam tubuh manusia, vitamin C (asam askarbonat) adalah antioksidan utama dan terkuat. Vitamin C tidak dibentuk oleh tubuh, harus didapat dari luar melalui makanan atau suplemen (diminum atau disuntikkan). Makanan yang banyak mengandung vitamin C terutama buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, lemon, papaya, tomat dan sayur-sayuran.
Fungsi vitamin C untuk kulit adalah mempertahankan dan membentuk kolagen sehingga kulit tetap kenyal dan lentur, mengurangi pembentukan melanin yang berarti kulit (seluruh tubuh) akan berwarna lebih terang seta cerah (efek ini yang diutamakan dalam suntik penutih). Selain itu melindungi kulit dari sinar UV (terbakar, flek, kanker, alergi) dan radikal bebas dari lingkungan, juga mempercepat penyembuhan luka.
Vitamin C membantu system syaraf bekerja dengan baik. Penyerapan besi dan kalsium diperbaiki dengan adanya vitamin C, dan menambah kekuatan tubuh melawan infeksi. Manfaat lainmeningkatkan kadar kolesterol HDL (baik), mencegah terbentuknya kolesterol LDL 9jahat), menghambat penyumbatan pembuluh darah. Vitamin C juga berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah influenza dan menghindarkan perdarahan gusi. Dan juga dapat memperlambat timbulnya katarak ( kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan buta) terhadap mata.
Dosis yang dianjurkan hanya 90 mg (pria) dan 75 mg (wanita) perhari. Dosis maksimum untuk jangka lama 2000 mg jangka pendek 3000 mg. ada pendapat ahli mengatakan bahwa dosis vitamin C tidak dapat lebih banyak dari 250-500mg. pandapat lain ialah tubuh hanya mempu menyimpan/menyerap 1200 mg dalam 3 minggu.
Sifat vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, disaring diginjal dan dibuang melalui air seni. Kelebihan dosis akan dibuang melalui air seni, dan ginjal akan bekerja keras menyaringnya.
Perhatian: Vitamin C dosis tinggi seperti suntik pemutih hanya boleh dilakukan jangka pendek, karena membebani ginjal. Memang masih ada beda pendapat menganai vitamin C dosis tinggi seperti yang digunakan pada suntik pemutih.
Ada yang mengatakan tidak ada gunanya karena yang diserap hanya sebagian kecil yang lain terbuang melalui urin, tapi ada juga penelitan yang membuktikan sebaliknya. Karena masalah dosis inilah maka supaya aman pada suntik pemutih ditambahkan zat antioksidan lain (misalnya glutation) sehingga dosis Vitamin C tidak perlu terlalu tinggi, efek sampingnya terhadap organ tubuh lain sedikit, tetapi efek antioksidannya tercapai.

Apa itu antioksidan?
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga tidak membahayakan tubuh. Radikal bebas adalah electron ‘jahat’ yang menyerang sel-sel tubuh (termasuk kulit), sehingga sel cepat rusak, menua dan mempercepat timbulnya kanker.
Radikal bebas ini bisa berasal dari tubuh sendiri akibat makan berlebihan kalori, pengawet dan penyedap makanan, stress fisik dan emosi dan atau dari lingkungan berupa polusi, sinar ultra violet dari matahari, asap rokok, penyakit, diet ketat dan salah dll.
Secara alami, tubuh memproduksi antioksidan sendiri tetapi kadang jumlahnya tidak mancukupi dan harus ditambah dari luar, dapat melalui makanan yang banyak mengandung antioksidan yaitu sayuran dan buah-buahan, atau euplemen (tambahan) yang diminum maupun disuntikkan. Antioksidan antara lain vitamin C, vitamin A, dan vitamin E, mineral selenium (sel) dan seng (zinc).

Suntik Pelangsing, Amankah?

Banyak orang cenderung ingin punya tubuh langsing dengan cara instan. Hal ini tentu saja membuka peluang usaha pelangsingan instan menjamur di mana-mana. Mulai  yang menawarkan sedot lemak (liposuction), sampai yang tak perlu merasa lapar (pakai obat tertentu).

Sayangnya, tak semua pelangsingan cara cepat ini aman ditempuh. Beberapa obat pelangsing yang digunakan juga bisa menimbulkan risiko kesehatan serius. Salah satunya obat pelangsing jenis suntik atau injeksi (intravena). Obat jenis ini umumnya ditujukan untuk menambah tingkat kecerahan pada kulit dan mengurangi kerutan-kerutan akibat proses penuaan. Obat injeksi yang digunakan pada umumnya mengandung vitamin C dosis tinggi (sekitar 1000 mg), ekstrak plasenta (dosis tinggi kolagen dan elastin), dan Tationil (gluthation atau suatu zat antioksidan). Vitamin C dosis tinggi ini jika diberikan kepada orang yang fungsi ginjalnya sudah menurun justru bisa menyebabkan gangguan ginjal serius.

Suntikan obat-obatan ini juga biasanya membuat penggunanya akan merasa penasaran untuk terus menerus menggunakannya hingga mencapai target tertentu. Jadi, terkadang tampak seperti ada efek adiksi (kecanduan). Berbeda dengan penggunaan obat yang bersifat CNS stimulant (perangsang saraf pusat), seperti amfetamin dan turunannya (metamfetamin, efedrin, fenilpropanolamin, dll).

“Penggunaan obat ini bisa menimbulkan efek toleransi, yaitu kebutuhan akan dosis yang lebih tinggi untuk bisa mencapai efek sama, serta gejala putus obat (withdrawal effect) jika pemberiannya langsung dihentikan,” ungkap dr. Nicolaski Lumbuun, Sp.FK, spesialis farmakologi klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Karawaci.

Sayangnya lagi, tak banyak orang mau tahu lebih jauh soal obat pelangsing ini, sehingga mudah saja menggunakannya. Mereka baru terpikir untuk berhenti ketika sudah terlanjur merasakan dampak negatifnya. Nah, agar tak salah memilih cara untuk melangsingkan tubuh, ketahui dulu semua informasinya sebelum terperosok ke dalam dampak buruknya.

Suntik Vs Oral
Di antara sekian banyak jenis obat pelangsing yang beredar di pasaran, di antaranya menawarkan efek rasa kenyang dengan serat fiber, menghambat penyerapan lemak, memanipulasi enzim pencernaan, hingga menekan nafsu makan dari susunan syaraf pusat. Tak hanya dalam sediaan obat oral atau tablet saja, tapi juga dalam bentuk injeksi atau ampul.

Menurut Nico, dari sisi keamanannya, penggunaan obat-obatan jenis injeksi sudah barang tentu lebih mudah menimbulkan risiko ketimbang obat oral. Pertama, pemberian injeksi ke dalam sirkulasi darah (intravena) akan mengundang risiko infeksi jika alat suntik dan cara penyuntikannya tidak steril. Kedua, pemberian obat dengan dosis relatif tinggi langsung ke dalam intravena akan membebani organ vital seperti ginjal dan hati, yang merupakan organ utama dalam menetralisasi efek obat. Ketiga, ada referensi yang menyatakan, pemberian obat intravena lebih mudah menimbulkan efek samping alergi dibandingkan bila diberikan per oral.

Hal lainnya, jika didapati efek toksik atau efek samping segera setelah pemberian obat intravena, akan sangat sulit mengurangi kadar obat di dalam darah. Tidak seperti  pada pemberian per oral, efek samping negatif dapat ditangani dengan cara merangsang muntah atau bilas lambung jika proses penelananmya masih kurang dari 2 jam.

Cara Kerja dan Efek Samping
Sejumlah obat pelangsing yang diberikan secara oral memang sudah diberi ijin edar oleh pemerintah secara resmi, di antaranya yang mengandung orlistat dan sibutramineSibutramine adalah sejenis bahan yang bekerja menekan nafsu makan dengan menghambat inaktivasi serotonin-norepinephrine di dalam otak. Kedua hormon ini dipercaya sebagai neurotransmitter yang berperan menghantarkan sinyal yang berhubungan dengan selera makan. Dengan demikian, orang yang mengonsumsi sibutramine beberapa saat sebelum makan, tidak akan makan secara berlebihan ketika tiba waktunya makan. Tidak disebutkan adanya adiksi terhadap obat ini, sehingga dianggap cukup aman untuk membantu memperbaiki pola makan seseorang.

Sedangkan orlistat, bekerja menghambat absorbsi lemak pada pencernaan. Bahan ini merupakan derifat lipstatin yang menghambat enzim lipase, yang diproduksi pankreas untuk mengurai lemak menjadi bentuk yang mudah diserap. Sehingga penyerapan lemak di usus sangat berkurang, dan banyak lemak ikut terbuang ke dalam feses. Lemak yang ikut keluar bersama feses ini menyebabkan konsistensi feses menjadi sangat lembek dan berminyak. Tak heran bila banyak pengguna orlistat mengeluhkan sulitnya menahan rasa ingin buang air besar (BAB). Selebihnya, obat ini tidak menimbulkan efek samping pada kesehatan secara menyeluruh.

Phenylpropanolamine (PPA) yang umum terkandung dalam obat dekongestan juga dapat digunakan untuk menekan nafsu makan. Dengan penggunaan sekitar 150 mg, propanolamine akan memberikan efek segar, waspada, dan mengurangi nafsu makan. Obat ini sifatnya merangsang sistem adrenergic yang bekerja meningkatkan tekanan darah dengan cara membuat vasokonstriksi pembuluh darah, meningkatkan frekuensi denyut jantung pada kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga kerja jantung jadi lebih berat. Bagi penderita hipertensi dan berpenyakit jantung, dapat mengakibatkan stroke.

Di Amerika, obat flu dengan kandungan ini di atas 50 mg, dibatasi penggunaannya, karena terbukti sering disalahgunakan sebagai obat pelangsing. Lain lagi dengan obat pelangsing yang mengandung metamphetamine, yang merupakan bahan yang populer dan sering pula disalahgunakan (drug abuse). Sebenarnya amphetamine adalah obat yang digunakan untuk terapi anak dengan gangguan atensi-konsentrasi serta hiperaktif (ADHD). Selain itu, juga digunakan sebagai obat penghilang rasa kantuk pada kasus narkolepsi (gangguan tidur) dan sindroma keletihan kronik.

Perlu Terapi Lain
Cara kerja amphetamine/ metamphetamine yaitu meningkatkan produksi norepinephrine, serotonin, dan dopamine pada otak sehingga menimbulkan perasaan selalu segar, bergairah, berkonsentrasi, tidak letih, dan lainnya. Namun, efek lainnya menyebabkan kita jadi tak punya nafsu makan. Ini sebagai efek dari peningkatan adregenic yang menghambat inaktivasi noradrenalin di otak. Sayangnya, beberapa pemakaian menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan jika digunakan selama beberapa lama. Inilah yang menyebabkan kondisi adiksi terhadap amphetamine.

Obat pelangsing lainnya yang umum digunakan adalah L-Carnitine, bahan hasil biosintesis dari lysin asam amino dan metionin yang dibutuhkan sel untuk mengangkut lemak dari cytosol ke mitokondria. Sel menggunakan banyak energi untuk membentuk otot ketimbang menyisakan lemak untuk ditimbun dalam jaringan. Penggunaan L-Carnitine tidak mengubah pola makan, hanya mereduksi penumpukan lemak tubuh saja.

Dari sekian obat pelangsing yang digunakan, amphetamine/metamphetamine menduduki rangking pengawasan lebih ketat. Risiko adiksi, intoksikasi, dan stroke yang mungkin dialami, membuat penggunaan amfetamin lalu dibatasi dalam undang-undang psikotropika. Namun, bila sudah terlanjur menggunakan obat pelangsing jenis ini dan menimbulkan adiksi, penggunaanya tak bisa sekonyong-konyong dihentikan, karena pemakainya bisa mengalami gejala putus obat dengan gejala lemas, hipotensi, tak bisa konsentrasi, gangguan emosi atau mood, depresi, cemas, serta gejala psikiatrik lainnya.

Oleh karena itu, untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap amphetamine ini perlu dilakukan perawatan khusus, seperti menurunkan dosis penggunaan obat secara bertahap, disertai dukungan terapi lainnya.